SAINS DARI TUHAN
Oleh
Robert Matthews
Frustrasi oleh kegagalan mereka untuk membuktikan bahwa
Tuhan tidak ada, ilmuwan memberikan spin baru: menjadi Tuhan.
Ini
mungkin pertarungan kelas berat yang terpanjang dalam sejarah: di sudut merah,
manusia dengan Jas Lab Putih, dan di sudut biru, Tuhan. Berabad-abad sains dan
agama telah bertarung, setiap pihak dengan pendukung dan berharap akan pukulan
knock-out. Anda mungkin berpikir manusia dengan Jas Lab Putih telah membuat
lawannya bergantung di atas tali sejak ronde pertama 300 tahun yang lalu. Dari
pukulan pertama mengenai apakah bumi mengelilingi matahari sampai dengan
upper-cut dari teori evolusi, ilmuwan kelihatannya lebih banyak mengumpulkan
nilai.
Apakah
Tuhan sudah berakhir? Mungkin belum. Karena bagaimanapun keras mencoba, manusia
dengan Jas Lab Putih belum dapat memberikan pukulan knock-out. Tuhan mungkin
tidak berperan sebesar yang manusia kira, tetapi bukti yang nyata bahwa Dia
hanyalah ilusi belum lagi ada. Kenyataannya, sebagian ilmuwan sekarang berpikir
bahwa mereka melihat tanda-tanda Tuhan Juru Desain Besar dalam teori paling
baru tentang alam semesta.
Sebagian
bukti muncul dari "kebetulan" yang aneh dalam sifat-sifat kunci dari
alam semesta, yang dikatakan oleh kosmologis tidak mungkin kebetulan. Karena
kalau kebetulan ini tidak ada, kita juga tidak akan ada.
Kemudian
ada motif-motif yang indah dan aneh dalam teori partikel sub-atomik, yang
sifat-sifatnya jatuh ke dalam segi-enam dan segi- tiga: bentuk-bentuk yang
membawa ilmuwan membuka dasar-dasar alam semesta.
Dalam Pikiran Tuhan
Dalam
mencoba untuk membuka arti dari tanda-tanda ini, beberapa ilmuwan berpikir
bahwa mereka mulai mendekati apa yang bahkan disebut oleh atheis terkenal
Stephen Hawking sebagai Pikiran Tuhan: Rencana besar yang dibangun ke dalam
alam semesta. Ada juga teori, yang kurang dikenal, bahwa kita cukup mengetahui
tentang Disain Besar ini untuk mulai berperan sebagai Tuhan, menciptakan alam
semesta bayi -- paling sedikit dalam abstrak. Ide bahwa alam penuh dengan
tanda-tanda keberadaan pencipta yang cerdas bukanlah hal yang baru. Dulu,
sejauh 1802, filsuf Inggris William Paley memberikan "Argumen dari
desain" yang terkenal, mengklaim bahwa sesuatu yang kompleks dan alami
seperti mata manusia tidak mungkin muncul karena kebetulan saja, tetapi
memerlukan keberadaan dari desainer yang cerdas.
Tidak
banyak lagi yang percaya pada argumen Paley tersebut: contoh-contohnya semua
terbunuh oleh teori evolusi Darwin, yang memperlihatkan bahwa bahkan keajaiban
seperti desain dari mata manusia dapat diterangkan oleh kombinasi dari random
mutasi dan seleksi alam.
Tetapi,
walaupun argumen Paley telah banyak berlubang oleh ahli-ahli biologi, penemuan
dalam fisika fundamental mulai membuat ide penciptaan dari desain kelihatan
tidak main-main.
Tanda-tanda
awal bahwa alam semesta mungkin telah didesain untuk kehidupan ditemukan 50
tahun yang lalu oleh Sir Fred Hoyle, ilmuwan astrofisika dari Inggris. Ketika
mempelajari bagaimana bintang-bintang membuat unsur-unsur kimia yang diperlukan
untuk kehidupan manusia, Hoyle melihat bahwa apabila unsur-unsur ini tidak
memiliki sifat-sifat tertentu, maka tidak akan ada karbon di alam semesta, dan
dengan demikian tidak ada kehidupan manusia.
Kekuatan itu bersama kita
Sejak
itu, ilmuwan telah menemukan banyak kebetulan-kebetulan aneh yang mirip.
Sebagian termasuk gaya-gaya fundamental yang mengikat alam semesta. Sebagai
contoh, inti dari setiap atom dibangun oleh proton dan neutron, diikat bersama
oleh yang namanya gaya nuklir kuat. Jika gaya itu sedikit saja lebih lemah,
proton-proton tidak akan terikat bersama. Ini berarti tidak ada unsur yang
lebih berat dari hidrogen dapat berwujud -- lagi-lagi tidak ada karbon.
Tetapi,
kalau gaya tersebut sedikit lebih kuat sedikit saja, proton- proton akan
bersatu terlalu mudah sehingga hidrogen tidak mungkin ada sama sekali, dan ini
membuat air tidak mungkin ada, bahan kunci yang lain yang diperlukan kehidupan.
Menurut
Professor Sir Martin Rees dan Universitas Cambridge, lebih banyak lagi
kebetulan-kebetulan dalam sifat-sifat partikel sub-atomik. Sebagai contoh,
kenyataan bahwa massa elektron jauh lebih ringan dari masa proton atau neutron
adalah penting untuk keberadaan bahan-bahan yang penting bagi kehidupan.
"Ini adalah prasyarat untuk molekul- molekul seperti DNA untuk dapat
memberikan strukturnya yang tepat dan berbeda", katanya. "Adalah
massa elektron yang menentukan besarnya sebuah atom, dan jarak antara atom-atom
dalam molekul."
Kenyataan
bahwa proton dan neutron mempunyai massa yang hampir sama, tetapi berbeda sedikit,
juga sangat penting bagi kehidupan, kata Rees. "Sebuah neutron lebih berat
dari proton sekitar 0.14%, sedikit lebih dari seperseribu. Tetapi perbedaan
ini, walaupun kecil, sangat penting karena melebihi massa total dari sebuah
elektron. Apabila elektron tidak seringan itu, mereka akan berkumpul dengan
proton untuk membentuk neutron, sehingga tidak mungkin ada hidrogen.
Alam mengambil bentuk
Tanda-tanda
lebih jauh mengenai desain besar kosmos datang dalam bentuk motif-motif aneh
yang muncul ketika sifat-sifat partikel sub-atomik seperti proton dan neutron
dilukis dalam grafik. Ditemukan oleh
fisikawan dari Amerika Murray Gell-Mann hampir 40 tahun yang lalu,
motif-motif ini berbentuk segi-enam dan segi-tiga, dimana berbagai partikel
berada dalam titik-titik di dalamnya.
Ketika
Gell-Mann pertama kali menemukan motif ini, terdapat gap-gap. Yakin bahwa motif
ini bukan kebetulan tetapi bagian dari desain besar, dia memprediksi bahwa
gap-gap ini diisi oleh partikel-partikel sub- atomik yang nanti akan ditemukan.
Gell-Mann
melanjutkan bahwa segi-enam dan segi-tiga yang misterius dapat diterangkan
apablila partikel seperti proton dan neutron mengandung partikel sub-sub-atomik
(yang sekarang kita kenal sebagai quark). Semua prediksinya terbukti benar.
Motif-motif
yang mirip dikenal sebagai "simetri" telah muncul demikian seringnya
sejak itu dalam teori fisika yang sukses sehingga banyak fisikawan sekarang
yakin bahwa mereka adalah bagian dari suatu desain besar dari alam semesta.
Tetapi
sedikit yang ingin trus mengklaim bahwa simetri dan kebetulan yang kelihatannya
ada dalam alam membuktikan bahwa Tuhan ada. "Masuknya sains dalam teologi
atau filosofi dapat naive maupun dogmatik," kata Rees.
Diantara
yang tidak merasa demikian adalah Professor Russel Stannard, seorang kristen
dan professor fisika di universitas terbuka. "Tuhan memperlihatkan dirinya
melalui dunia Big-bang kita ini," katanya. "Dia sebetulnya sedang
berkata kepada kita melalui penemuan-penemuan ilmiah ini."
Stannard
percaya bahwa kebetulan kosmik bukanlah kebetulan: "Tuhan sengaja
membuatnya seperti itu," katanya. "Dia mendesain alam semesta khusus
untuk penciptaan kehidupan, untuk membuat mahluk yang dapat mengenalNya."
Tetapi
yang lain sama-sama yakin bahwa desain besar apapun tidak ada hubungannya dengan
keberadaan Tuhan, dan bahwa kebetulan adalah kebetulan. Mereka juga mengatakan
bahwa apabila kondisi tidak tepat untuk kehidupan, kita tidak akan ada untuk
mengetahuinya. Hawking pernah mengatakan bahwa hukum fisika quantum mungkin
dapat memperlihatkan bahwa Tuhan berlebihan, karena seluruh alam semesta dapat
terjadi dengan sendirinya.
Beberapa,
termasuk Profesor Andrei Linde dari Universitas Stanford, bahkan percaya bahwa
teori quantum dapat mengijinkan mereka untuk berperan sebagai Tuhan itu sendiri,
menciptakan alam-alam baru dalam laboratorium -- sedikitnya dalam teori.
Linde
mengatakan bahwa cara untuk seperti Tuhan adalah menekan materi sekecil mungkin
sehingga memulai apa yang dinamakan medan skalar, sumber dari energi quantum
yang dianggap memulai big-bang 15 milyar tahun yang lalu.
Perkiraan
Linde adalah menekan hanya sepersepuluh juta gram dari materi dapat memulai
untuk memunculkan medan skalar dalam laboratorium.
Susahnya,
materi itu harus ditekan sepermiliar kali dari besarnya partikel sub-atomik
yang terkecil. "Kita tidak tahu apakah hal ini mungkin sama sekali,"
katanya, meskipun, mungkin kita dapat melakukannya dalam partikel akselerator.
Jika
akhirnya ini mungkin, simulasi komputer memprediksi bahwa titik materi itu akan
hilang, digantikan oleh lubang kecil dalam ruang- waktu -- sebuah worm-hole
quantum -- sebesar partikel sub-atomik. Dan di ujung yang lain adalah alam
semesta buatan manusia yang baru.
Linde
memperkirakan kita tidak akan dapat memasuki alam semesta ini untuk melihat apa
yang sudah diciptakan: "pintu" nya akan terlalu kecil. Tetapi akan
mungkin untuk mendesain alam sehingga kondisi di dalamnya akan sesuai untuk
munculnya kehidupan. Kemudian mungkin kehidupan itu sendiri akan berkembang,
dan mulai bertanya dari mana dia datang. Kedengarannya dikenal? Persamaannya
dengan pertanyaan bagaimana kita ada disini sangat jelas.
Lelucon yang
tidak terlalu lucu Mungkinkah kita, hanyalah yang terakhir dari mahluk-mahluk
yang menghuni alam yang dibuat oleh generasi sebelumnya yang telah mengetahui
bagaimana membuat alam semesta? Linde tidak menolak kemungkinan ini.
"Saya
pertama kali memberikan ide ini sebagai lelucon," katanya.
"Tetapi
mungkin saja tidak."
Banyak
orang menemukan bahwa ide dari ilmuwan bermain-main Tuhan seperti ini sangat
menguatirkan. Pope telah memberikan peringatan bahwa riset ke dalam kelahiran
alam semesta sudah terlalu jauh.
Tetapi
untuk semua kekuatiran Pope, kelihatannya Manusia dengan Jas Putih tidak dalam
keadaan untuk membuktikan bahwa Tuhan tidak ada. Tetapi, mereka akan melakukan
sesuatu yang lebih menakutkan: Menjadi Tuhan itu sendiri.
(*) Artikel ini
adalah terjemahan dari _majalah_ sains populer Fokus, edisi Maret 1999.